Monday, December 1, 2014

REVIEW MANTAN TERINDAH











MANTAN TERINDAH


Sutradara :           Farishad Latjuba
Produser:             Marcella Zalianty
Penulis Naskah:  Titien Wattimena

Pemain :              Karina Salim, Edward Akbar, Salvita Decorte, Angela Nazar

                            Ray Sahetapy, Tri Yudiman, Hedi Yunus, Fauzi Baadila, Reuben Elishama

Produksi :            Keana Productions
Durasi :               108 menit
Rilis :                   6 November 2014



Ini kali pertama aku ngereview film, pesanan dari bang Ichwan juga sih, agar melatih kepekaanku juga dalam melihat dan mendengar segala sesuatu. Ok guys…lets do it!

Film yang bercerita tentang kisah cinta memang selalu menarik untuk dilihat, apapun bentuknya. Dan untuk sebagian banyak penonton kadang menginginkan kisah cinta selalu berakhir bahagia.
‘Mantan terindah’ …dari judulnya saja sudah bisa dipastikan ending dari cerita tersebut. Film  yang diproduseri oleh Marcella Zalianty, yang sebelumnya telah memproduseri film Batas (2011), Kalau Kau Indonesia, Tepuk Dada!(2012) dan Rectoverso  (2013) ini diadaptasi dari lagu karangan Yovie Widianto seorang musisi yang selama ini sukses menciptakan lagu2x bernuansa pop. Dan karena lagu Mantan Terindah ini sudah kadung sukses di blantika music (konon katanya paling banyak diunduh di itones), Marcella harus berupaya mentransformasikan perasaan penonton pada saat menonton nanti agar bisa mendapatkan ‘soul’ yang sama dengan saat mereka mendengar lagunya.
Menurutnya membuat film berdasarkan lagu memiliki tantangan yang cukup besar. "Biasanya orang buat film dulu baru cari lagunya. Nah ini beda....Lagunya sudah ada, dan baru dikembangkan jadi film....dan itu ternyata susah" tutur Marcella.


Pemeran utamanya adalah Karina Salim yang pernah memerankan seorang gadis hipermetropia dalam film What They Don’t Talk About When They Talk About Love  karya Mouly Surya, dengan Edward Akbar yang sebelumnya berperan antagonis dalam film street society  dan runaway .

Akhirnya lewat tangan mbak Titien Wattimena sebagai penulis scenario, jadilah sebuah kisah cinta yang cukup manis mendayu-dayu, tentang seorang gadis indigo Nada (Karina Salim) yang semenjak kematian kakak tercintanya Otto (Reza Haryadi) berusaha menutup dirinya dari gift yang sudah didapatkannya semenjak lahir. Kepergian Otto untuk selamanya disaat ulangtahun Nada membuat kesedihan yang teramat sangat di hati Nada, dia menyalahkan dirinya yang tidak mampu untuk mencegah peristiwa itu, padahal indra keenamnya sudah mengisyaratkan hal tersebut akan terjadi. Selanjutnya Nada berusaha menutup penglihatannya sampai tiba saat usianya beranjak 24 tahun. Di studio music milik om Iskandar (Hedy Yunus) Nada dan Genta bertemu untuk pertama kalinya. Kemampuan visionernya membuat Nada bisa menyelamatkan Genta dari tertimpa runtuhnya rak kayu. Pertemuan itu akhirnya membuat kedekatan antara Nada dengan Genta.

Genta adalah seorang musisi yang separuh hidupnya berusaha mengejar mimpi-mimpinya. Dan dengan hadirnya Nada, Genta mulai terinspirasi kembali dalam berkarya… sedangkan bagi Nada kehadiran Genta menghidupkan kembali segala sesuatu yang  telah hilang dalam dirinya selama ini…termasuk didalamnya perasaan cinta.

Dramatik dalam film ini adalah pada saat Nada mendapatkan penglihatan akan hubungannya ke depan bersama Genta.  Dan lebih jauh lagi film Mantan Terindah ini bukan hanya bercerita tentang kisah seseorang yang jatuh cinta , kemudian  putus cinta… namun lebih daripada itu film ini mengajarkan kepada kita tentang arti takdir. Takdirlah yang membuat perjalanan cinta Nada dan Genta menjadi sebuah perjalanan mencari, menemukan dan kemudian rela melepaskan….Dan disinilah Nada harus memilih : cinta atau takdir itu sendiri.

Karena sebesar apapun kemampuan manusia…ada hal-hal yang sudah tertulis dan tidak bisa diubah lagi, pelajaran berikutnya adalah bagaimana kita menyikapi hal-hal yang sudah tertulis tersebut dalam kehidupan kita.

Akhirnya …menurutku film ini termasuk film yang manis untuk ditonton walaupun ada beberapa hal yang menurutku sedikit mengganggu, yaitu saat kisah cinta Nada dan Genta terjalin, dikisahkan mereka sempat tinggal satu atap. Mungkin bagi beberapa orang itu menjadi hal yang biasa, tapi dikarenakan yang menonton banyak juga dari kalangan remaja, alangkah baiknya nilai-nilai ketimuran masih tetap diperhatikan.

Hal lain yang cukup mengganggu adalah banyaknya adegan yang saya rasa adalah titipan sponsor (sedikit-sedikit pegang rambut....#hadeeh)
Namun selebihnya film ini cukup menghibur kok untuk ditonton J