Friday, July 11, 2014

Cinta Tidak Merah Jambu



Ada yang bilang cinta itu merah jambu, ada pula yang bilang hanya merah, lalu merah tua, maroon, atau semakin lama semakin tua warnanya...mendekati gelap.
Ada pula yang mengatakan cinta itu warna-warni.
Bagiku cinta tidak berwarna, aku tidak tahu apa warnanya sekarang....
Dulu aku melihatnya merah jambu, bersamamu. Aku tidak peduli apa kata orang, bahkan orangtuaku aku tentang, aku begitu percaya pada pendirianku.
Karena kamu semua menjadi serba merah jambu. Dengan banyaknya pengetahuanmu tentang segalanya....yang akhirnya membuatku terpana. Terpana oleh kata-katamu, segala nasihatmu, segala kebijaksanaanmu, membuatku memandangmu dengan perasaan sama : selalu merah jambu.

Aku sangat percaya di dunia ini ada yang namanya cinta sejati, seperti dalam Romeo and Julietnya William Shakespeare, yang menginspirasi banyak orang untuk membuat berbagai macam novel percintaan berbagai versi, walaupun akhirnya berupa tragedi...........tetapi mereka selalu menjaga cintanya tetap berwarna merah jambu.

Aku menutup buku harianku, kuhapus tetesan airmataku, tidak ada seorangpun yang boleh melihat aku menangis, semua ini adalah resiko yang harus aku tanggung atas segala keputusanku.
Aku melangkah keluar kamar, dan melihat mbok Nah sedang membereskan meja makan.
Aku teruskan melangkah kehalaman belakang.
Rumah yang seharusnya menjadi surga bagiku, tak lebih hanya ruangan indah tanpa nyawa. Hampa....
Sudah 3 tahun aku hidup bersamamu. Awalnya aku menerimamu dikarenakan kesungguhanmu terhadapku. Aku merasa kamu mengerti diriku, bukan hanya menyelamatkanku karena usiaku yang oleh sebagian orang dikatakan sebagai "perawan tua", padahal aku masih 33 tahun.
Aku melihat kamu mencintaiku karena "aku" . Dengan "klop"nya kita berdua dalam segala macam pembicaraan, yang bisa membuat kita berdua tertawa tanpa ada rasa keterpaksaan atau ketidakmengertian atas apa yang kita tertawakan. Begitu juga dengan pekerjaan, hobby..... aku dan kamu sangat mendukung apa yang menjadi kesukaan masing-masing. Memang ada beberapa perbedaan pada kesukaan kita berdua, tapi itu tidak menghalangi kita dalam men-support karir dan hobby masing-masing.

Sampai tiba saatnya kamu mengatakan ingin melamarku, awalnya aku terkejut karena aku tahu kamu sudah beristri. Ok....memang aku salah, aku tahu kamu telah beristri dan mempunyai dua putri. Tapi mengapa aku biarkan hatiku terbuka untukmu, aku menikmati segala usahamu dalam mendekatiku.
Seharusnya aku menghindar....
Tapi tak kulakukan...
Karena aku mengagumimu....
Aku mengagumi kecerdasanmu....
Ketenanganmu.....
Kebijaksanaanmu dalam mengambil keputusan......
Kepahamanmu terhadap segala hal.....
Aku buta yang lainnya........
Aku terpesona olehmu.....yang harusnya aku tahu itu tidak boleh....

Kini tiga tahun telah kita lalui bersama, segala macam cobaan yang menerpa kehidupan kita berdua, baik itu berupa dukungan, maupun sindiran dan cemo'ohan, sepertinya tidak terlalu berpengaruh terhadap dirimu.


Kuhela nafas panjang....kupandang rimbunnya pepohonan Bougenville di halaman belakang rumahku.
Merah ungu warnanya tidak juga menambah warna-warni hatiku...
Teringat tadi malam kata-katamu yang meminta izinku untuk menikah ke tiga kalinya....
Aku tahu , ucapanku tidak akan berpengaruh banyak terhadap tindakanmu.
Karena begitu pula dulu, pada saat kamu meminta pada istri pertamamu untuk menikahi aku.

Dan kini semua berulang kembali...
Aku tidak berharap ini karma...
Ini hanyalah takdir...takdir diriku yang harus kuterima....
Aku hanya bisa pasrah menerima apapun keputusanmu...
Cinta itu sekarang tidak lagi merah jambu...




No comments:

Post a Comment