Di ruangan ini, dulu ada harapan.....
Ada semangat....
Ada cinta......
Ada rindu.........
Ada semangat....
Ada cinta......
Ada rindu.........
Tidak ada
yang berubah di ruangan ini..........
Dipan kayu....meja dan
kursi Jati....
Termasuk
alat-alat menulisku…..semua masih tetap sama.
Tapi ada
satu yang berbeda
Perasaan
hampa....
Rasa sepi
yang begitu sangat, menyeruak dadaku.
Kubuka
jendela, wangi rumput bercampur tanah basah segera menyegarkan rongga dadaku. Kutarik
nafas dalam-dalam seakan takut kehabisan rasa yang menenangkan itu.
Tanganku
masih memegang selembar kertas berwarna ungu
Tanpa terasa
air mataku mengalir….teringat kenyataan yang terjadi 2 hari yang lalu……
Tuhan…….salahkah
aku jatuh cinta?
Ku tahu
betapa tak mudahnya menjadi seseorang seperti keinginanmu……..
Mungkin aku
berlebihan dalam mencintai kamu
Dan apakah
sebaiknya aku berhenti mencintaimu?
Betapa
pertanyaan-pertanyaan itu mendera pikiranku.
----------------------
“Salam
kenal, aku Yudha-…”
Perkenalan
singkat itu berbuah hubungan antara kita berdua. Aku seorang penulis cerpen di
sebuah majalah remaja, dan kamu kebetulan menjadi editor disana.
Pertama kali
aku mengirimkan naskahku, berbuah sebuah pesan singkat. Intinya kamu menyukai
ceritaku, “Sangat suka, dan sangat hidup”, begitu katamu. Saat itu aku hanya
bisa tersenyum dan berucap terimakasih.
Hari itu
berlanjut menjadi hari-hari lain yang membahagiakan untukku. Setidaknya aku
bisa bersemangat setiap kali matahari membangunkan. Tak sabar menunggu
datangnya pagi, untuk kembali melanjutkan tulisan yang tertunda tadi malam dan
menunggu sapaanmu lewat pesan singkat yang pada akhirnya membuat imajinasiku
menjadi sangat lepas.
Kita
bagaikan terikat dalam satu tubuh
Saling
membutuhkan…
Kamu butuh aku dalam ceritaku
Dan aku butuh
kamu sebagai inspirasiku
Kamu tahu?
Tidak pernah aku merasakan sebahagia ini……
Dan itu
terbukti dari hasil-hasil karyaku, rata-rata cerpenku menjadi juara di beberapa
kompetisi, juga dengan diterbitkannya buku antalogi karyaku.
Semua itu
tidak lepas dari masukan dan arahan darimu.
Betapa kamu
selalu mendukungku, memotivasi aku, dan pada akhirnya timbul rasa itu
Aku dan kamu telah jatuh cinta.
Tapi….sebagaimana
perasaan bahagia ini, ada rasa takut menyelinap dalam diriku.
Aku sangat
takut akan kenyataan….kenyataan akan diriku.
Aku tidak
akan sanggup jika kenyataan akan berbeda dengan harapanku selama ini.
Dan semakin lama kita berinteraksi, rasa itu semakin kuat mengikat diriku.
Dan semakin lama kita berinteraksi, rasa itu semakin kuat mengikat diriku.
Betapa aku
mencintamu…
Tapi tahukah
kamu? Sesungguhnya aku telah berdusta padamu…….
Seorang
produser tertarik untuk menjadikan novelku dalam bentuk layar lebar.
Aku menyanggupi pertemuan dengan mereka dan yang pasti….juga denganmu.
Diantara puluhan pertemuan maya kita , inilah pertemuan nyata pertama kita....
Diantara puluhan pertemuan maya kita , inilah pertemuan nyata pertama kita....
Kenyataannya, aku tidak hadir disitu, aku menggantikan diriku dengan sahabatku. Aku terlalu
malu bertemu denganmu. Mungkin lebih tepatnya aku terlalu takut untuk bertemu
denganmu.
Hasil
dari pertemuan
itu cukup memuaskanku. Kamu dan produser itu berniat untuk menerbitkan
film adaptasi dari novel terbaruku. Betapa bahagianya aku, andai saja
kamu tahu….ingin rasanya detik
itu aku berlari kearahmu….tapi aku tahu, aku tak bisa.
Tuhan…….,
aku yakin Engkau menciptakan segala sesuatu dengan teramat sempurna. Ditengah
kesendirianku selama ini, Engkau masih berkenan menyelipkan rasa indah
itu…rasa mencintai seseorang. Namun haruskah rasa cinta itu kembali kukubur
dalam-dalam? Sebelum sakitnya mengenai sulbiku, lebih baik segera kuhentikan
perasaan ini.
Tapi dalam
kenyataannya, aku tak bisa….
Berungkali
aku mencoba, berkali juga aku gagal
Dan pada
akhirnya aku terjebak
Layaknya penari topeng yang selalu pandai menyembunyikan apa yang ada pada dirinya
Itu yang
selalu kulakukan padamu. Biarlah kamu mengenalku lewat sosok sahabatku.
Yang
sempurna menurut penilaianmu
Karena aku
adalah seorang pengecut
Dan akhirnya
aku harus menerima kenyataannya.
2 hari yang lalu kamu melamarku,…..bukan…bukan aku, tapi kamu melamar aku dalam sosok sahabatku
2 hari yang lalu kamu melamarku,…..bukan…bukan aku, tapi kamu melamar aku dalam sosok sahabatku
Haruskah aku
bahagia?
Ataukah
harus ku akhiri segalanya?
Haruskah kau
tahu, bahwa aku yang sesungguhnya adalah seorang anak tanpa orang tua?
Yang
dititipkan di sebuah panti asuhan dalam sebuah keranjang beralas kain lusuh?
Dan aku
hidup dengan kaki yang tidak sempurna?
Karena
penyakit polio yang kuderita sedari kecil?
Jika kamu
tahu semua itu…..akankah kamu tetap mencintaiku?
Ataukah kamu seperti yang lainnya?
Yang berpaling, setelah mengetahui kondisiku?
Ataukah kamu seperti yang lainnya?
Yang berpaling, setelah mengetahui kondisiku?
Bersama tulisan-tulisanku....
Entah sampai kapan...
No comments:
Post a Comment